Jumat, 05 Juli 2013

Paranorman scene

Udah nonton film animasi Paranorman kan? Kalo belum nonton dulu gih.
Saya cuma mau share beberapa potongan gambar yang ada di film itu aja sih.
Buat yang mau pake buat sampul facebook atau header twitter bisa nih.. sok atulah pilih ajah haha































the end.
udah deh :)

Senin, 22 April 2013

[Isinya agak curhat] Seni itu Dalem

Katanya seni itu keindahan, seni itu ekspresi, seni itu blablabla..

Semester 2 ini, saya dapet matakuliah Sejarah Seni Rupa dan Desain (SSRD). Saya ingat sekali, pertama kali kami diperkenalkan dengan gambar sebuah patung, namanya Venus, yang menurut penuturan dosen saya ukuran patung itu kecil. Patung itu menggambarkan seorang wanita, dengan perut, paha, bokong dan dada yang besar (kebayang lah wanita gemuk kayak gimana). Nih saya tunjukkin gambarnya deh..

Venus of Willendorf
Kenapa sih kok dibuatnya seperti itu? Biasanya kan patung dibuat seideal mungkin, baru bisa disebut indah. Lah ini kok...
Nah, menurut informasi yang saya dapatkan, kala itu wanita gemuk adalah lambang kesuburan (sekarang juga sih) bedanya dengan sekarang adalah badan over gemuk bukan ukuran ideal bagi wanita di era ini. Hmm.. bisa dibilang kesebalikan dari pandangan ideal dari zaman sekarang. Kalo sekarang, yang ideal ya yang atletis, yang semampai, kayak badan-badan model di majalah fashion deh pokoknya. Itulah bedanya sekarang dengan zaman dulu, yang ideal ya kayak Venus itu. Karna itu orang di zaman tersebut membuat patung dengan melebih-lebihkan bagian-bagian tertentu untuk mencapai bentuk yang ideal menurut pandangan orang-orang pada masa itu. Bahkan patung tersebut juga dijadikan sebagai benda yang dipercaya membawa keberuntungan (Venus juga disebut-sebut sebagai dewi kesuburan atau merupakan dewi cinta dan kecantikan romawi). Keren kan, orang zaman dulu aja udah bisa memvisualisasikan pemikiran mereka, sampe sedalem itu.
Menurut contekan saya, Wikipedia bilang kalo patung yang hanya sebesar tangan ini merupakan hasil karya pada zaman paleolitikum! Benda sejadul itu masih punya nilai seni tinggi loh meskipun berada di era modern seperti saat ini. Tinggi banget malah.

-Mungkin bener kali ya orang yang bilang kalo kita seperti kembali lagi ke masa lalu.

Oke lanjut. Venus itu bukan satu-satunya peninggalan dari manusia-manusia zaman batu. Mereka juga suka bikin lukisan-lukisan di dinding gua. Soal ini pasti udah banyak yang tau lah ya. Saya pernah di kasih lihat beberapa gambar lukisan yang ada di dinding gua oleh dosen saya. Disana ada gambar bison (hewan sejenis banteng gitu lah) yang cenderung posisinya selalu di atas dibandingkan gambar-gambar yang lain. Pokoknya ya, setelah melalui analisisnya si dosen, beliau bilang kalau sebenarnya orang-orang zaman batu itu (sebutlah orang purba) sudah mempunyai pikiran untuk mengkultuskan atau mengagungkan sesuatu karena memiliki kekuatan lebih besar dari kekuatan mereka.

Jadi sebenarnya inti dari semuanya saya hanya ingin menyampaikan bahwa ternyata sejak dulu seni itu sudah punya hubungan lebih dalam dengan hal atau apapun yang berkaitan dengan spiritual/kepercayaan/keagamaan. Bukan hanya sekedar melukiskan isi hati atau sebuah trend (?) mungkin. Saya juga agak bingung bagaimana menjelaskannya.
Jujur saya agak jenuh, ngga sedikit saya liat karya-karya orang yang cenderung alirannya sama. Misalnya mata satu lah -dengan berita-beritanya yang kontroversial (ngerti lah)-, orang dengan kepala hewan lah, bagian-bagian tubuh yang digambar agak vulgar lah (vulgar banget malah). Sebenarnya apa sih motivasi mereka membuat karya-karya macam itu? Mungkin untuk gambar manusia dengan kepala hewan itu masih bisa diterima lah, saya juga ngga begitu ngerti sih tapi saya yakin itu sarat akan pesan moral atau , mungkin. Tapi, gimana dengan gambar- gambar vulgar yang menampakkan bagian tubuh tertentu.Kalo yang bikin orang-orang purba sih wajar, mungkin pada saat itu mereka juga gak ada baju. Lah sekarang masa iya masih mau disamakan dengan orang purba? Orang purba saja punya alasan atau motif tertentu yang sejauh dan sedalam itu, seperti yang kita bahas tentang venus dan lukisan dinding tadi. Masa orang-orang modern seperti kita hanya punya motif mencurahkan isi hati, atau bahkan sesuka hati.

Senin, 18 Februari 2013

Antologi Hukum eps BOS DONI

tentang yang menginjak dan yang diinjak
ketika yang diinjak berkesempatan untuk menginjak

ngerti? makanya nonton!



@ kompas tv
18 Feb 2013, pkl 21.00

Kamis, 14 Februari 2013

Nasib Mutia tak semanis Mutia

Oh iya saya ingat, anak kecil itu namanya Mutia. Manis..
Walau mungkin nasibnya tidak semanis dirinya.

Jadi ketika itu, saya bersama seorang teman sedang berada di toko konveksi (?).. mm.. pokonya semacam itu lah.. (ngapain?) Terlalu panjang detail ceritanya. Intinya kami ke sana ingin pasang kancing pada produk untuk tugas kelompok kami. Sambil menanti si akang yang sedang bersusah hati memasang kancing, kami berdua duduk-duduk manis sambil sedikit bercanda dan sedikit gelak tawa di sebuah tangga. Cukup lama. Tiba-tiba..
"Teh..Teh..itu apa?", kata seorang anak perempuan sambil menunjuk ke arah bawah tangga, dengan nada yang menampakkan curiosity yang cukup besar. Sedikit terkejut, sepertinya anak itu baru saja datang.
"Apa? Yang mana?"
"Tuh yang itu, Teh..", sambil menunjuk ke arah tikar.
Saya sedikit bingung kenapa anak sekitar yaa.. kelas tiga SD lah kira-kira.. bertanya soal fungsi tikar. Ngga salah sih, saya hanya merasa tidak biasa. Apa sebelumnya dia tidak pernah bertemu dengan benda tersebut? Apa dia baru saja keluar dari sebuah Gua? Atau bagaimana?
"Oh, banyak fungsinya. Bisa buat alas duduk atau alas tidur juga bisa.."
"Buat orang meniggal bisa ya?", masih dengan tatapan polosnya.
 "Ha? Oh iya bisa.."
Dalam hati.. "Buset, horror nih pertanyaan."
"Teh, reuwas ya. Teteh reuwas ga?"
(Reuwas, bahasa Sunda yang artinya takut) kalo gak salah hehe 
"Emang kenapa?"
"Tadi ada orang gila, Teh..", dengan mimik muka agak cemas.
"Di mana?"
"Tadi di jalan.. reuwas ih.." 
Kemudian anak ini bertanya lagi, "Atas mana?"
"Ha?? Atas? Atas mana?"
"Iya atas mana? Ini atas?", sambil menunjuk tangga tempat kami duduk.
"Ohh.. iya ini atas.. itu bawah.", jawab saya masih dengan sedikit bingung.
"Ini sukagalih", katanya lagi.
ha? itu pertanyaan atau pernyataan? nama jalan ini sukajadi, ada sih gang sukagalih tapi kok obrolan kita......#@%???**#@?%

Wah makin bahaya aja nih anak. Lucu jadinya memang, tapi sepertinya dia tidak sedang mengajak kami     bercanda. Mukanya polos. Sedikit agak beda perasaan saya dan sepertinya rekan saya pun merasakan hal yang sama, karena di tempat itu hanya kami berdua yang menanggapi anak itu dengan sungguh-sungguh. Saya senang jika ada anak kecil yang berani bertanya dengan orang di sekitarnya. Karena itu lah, saya dengan senang hati menanggapi anak itu. Tapi ya.. pertanyaannya kok lompat-lompat, ngga biasa pula. Ini saya yang ngga nyambung atau anak itu yang kelewat cerdas? Sedikit bercakap-cakap dengan anak itu, dan namanya Mutia. Ketika di tanya "kelas berapa, Mutia?". Hanya diam.. Kemudian dia membahas kembali tentang reuwasnya yang awal tadi. Luar biasa. Dia berhasil membuat saya dan teman saya bingung. Kami tidak sedang berinteraksi dengan balita kan?
 AADM
Ada Apa Dengan Mutia
Begitulah kira-kira yang ada di dalam benak saya. Mutia datang bersama ibunya, tidak lama kemudian dia pulang. Saat itu lah kami tahu, bahwa ternyata anak itu bermasalah.
"Kok agak aneh ya din?", ucap saya kepada teman saya.
"Iyah, kayanya agak gitu deh an.."
"Gila.", kicau si akang. Wah ternyata bisa ngomong..
"Ha??"
"Iya gila..", jelas si akang yang membantu kami pasang kancing.
Hmm.. pantas saja sedari tadi hanya kami berdua yang mau dengan senang hati menanggapi anak itu. Langsung berasa gila seketika deh.. hehe..
Sedikit kurang percaya sih anak sekecil itu..gila??..
Entah deh sebenarnya Mutia itu bagaimana. Yang jelas ini menjadi salah satu koleksi cerita menarik saya dan teman saya tentunya hehe..
Semoga nasib Mutia bisa berubah menjadi semanis Mutia. (amin)

Selasa, 15 Januari 2013

Saya kira masih pagi


Nasi sudah menjadi bubur
Hanya Rp 5.000,- di depan warteg Bahari. Lumayan kenyang kok. Baru tadi saya beli dengan teman sepulang kuliah.
Tapi saya heran deh, kalo bubur di sini beda dengan bubur yang suka saya beli di daerah tempat tinggal saya. Bukan buburnya sih, tapi mm.. kuah. Kalo di tempat tinggal saya, buburnya diberi semacam kuah gitu. Sepertinya campuran dari minyak, kaldu dan penyedap deh (sotoy!). Kalo beli bubur di daerah sini nggak ada kuahnya tuh. Tapi buburnya aja udah enak sih, nggak perlu dikasih kuah juga udah ada rasanya. Mantap. Apalagi kalo ditambah ati ampela. Nendang!
Mm.. apa mungkin karena Bekasi panas, buburnya jadi keringetan gitu ya? Ah abaikan.

***

Jadi ceritanya tuh tadi pagi saya bangun. Langsung saya lihat jam yang selalu setia memeluk pergelangan tangan saya. Wah jam lima lewat sudah waktunya bangun. Oops!! Jurnal belum saya selesaikan. Oke lah siap-siap dulu, nanti dilanjut lagi. Masih ada waktu kok. Tapi kok teman sekamar saya tumben ya berangkat pagi sekali, sudah terang sih tapi kan masih jam enam pagi. Ya sudah lah, yang penting jurnal. Dengan duka ria saya melanjutkan tugas B.Indonesia ini dengan santai. Sampai pada waktunya, saya rasa sudah harus segera pergi ke kampus. Berangkat lah. Masih gerimis, hanya rintik-rintik kecil saja sih. Tapi saya tetap menggunakan payung. Saya biasa berangkat ke kampus sendirian, tapi yang kali ini sepertinya nggak biasa ya. Saya tahu ini gerimis, saya tahu ini sudah hampir pukul tujuh, tapi kenapa sepi sekali? Akhirnya saya percepat langkah saya menuju kampus sambil mencari tanda-tanda kehidupan. Di depan Learning Center IT Telkom sambil terus berjalan, saya melihat ke arah kampus dan ke segala penjuru. Orang-orang pada ke mana sih? Saya jadi agak panik. Jangan-jangan.. Dengan segera saya rogoh tas slempang hijau saya untuk meraih handphone. Cetarrr.. Apah??!! 07.54 ???!!!!

aaaaaaaa!!!!!


Artinya enam menit lagi pukul 08.00, artinya saya terlambat satu jam pemirsa. Saya yang tadinya agak panik, kini semakin panik. Langkah saya juga semakin cepat. Sambil komat kamit "Aduh gimana dong ini?! yah ampun, ah parah..." dan kata-kata tidak berguna lainnya. Di danau galau saya coba menghubungi teman sekelas. Dia bilang, "Udah nggak apa-apa, dateng aja. Ini juga baru mau di absen kok. Cepetan". Ah sedikit lega sih mendengarnya walaupun rasanya masih tercekik. Untung masih keburu, ya walaupun deg-degan tetep ada karena harus ngebut jurnal di kelas. -_______-

Kecewa luar biasa. Jam tangan yang selama ini saya bangga-bangga kan sebagai pengingat waktu, eh malah menyesatkan. Tapi namanya jam tanganya ya tetep jadi jam tangan. Nggak mungkin dia berubah jadi jam gadang. That's immpossible. Lagi pula nggak ada hubungannya sama abis baterai, kenapa harus dibahas? ckck
Jadi saat ini yang saya butuhkan adalah baterai untuk menyambung hidup jam tangan saya yang makin sekarat ini.



i lof yu jam tangan :*





Pinjem buku hari Jum'at aja


Thanks God, it's Friday.
Biasanya saya sering nemuin status atau tweet seperti itu di hari Jum'at. Ngga terkecuali saya sih, kadang saya juga bikin status kayak gitu hehehe

Eh sekarang kan hari Senin na!

Teruus?? 
Sebenernya saya cuma mau cerita, dan nggak begitu panjang ceritanya. Tapi saya panjang-panjangin walaupun nggak begitu panjang, biar keliatan lebih keren walaupun sebenernya nggak keren juga sih. Ah ya sudahlah..
Lanjut cerita nggak ya.... mm... cerita aja deh, tanggung.

Di hari Senin yang berbahagia ini, tepatnya sore tadi setelah kuliah selesai. Saya bersama teman-teman yang begitu menggemaskan, mampir ke perpustakaan (ceritanya mau cari buku referensi untuk bikin jurnal, tugas B.Indonesia). Setelah sok sibuk cari-cari buku untuk dipinjam, kami menuju kasir (ini di perpus apa di gramed?). Saya nggak tau deh apa istilahnya. Pokonya kami menuju ibu-ibu yang biasanya mengurus peminjaman buku oleh mahasiswa/i di kampus. Mm.. Librarian kalo nggak salah dalam bahasa Inggris-nya yang artinya pustakawan, begitu menurut google translate.

buku yang saya pinjam
Sebenernya saya hanya pinjam satu buku loh teman-teman. Justru karena satu, teman saya memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membantunya pinjam buku perpus lebih dari tiga (AMSG, inisial pelaku). WOW sekali bukan? :) Beri tepuk tangan yang meriah.. "prok!" cukup.
Ya berhubung saya orangnya baik dan niat teman saya itu juga baik.. meminjam buku.. luar biasa kan? Maka dengan senang hati saya membantunya :) kan ada istilah begini..

betul tidak??
betul betul betul!
Manusia yang baik adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.



Begitulah bunyinya.

Dengan friendly-nya si ibu pustakawan melayani kami yang lucu-lucu ini untuk meminjam buku yang kami butuhkan, disertai sedikit percakapan.
Nanda: "Bu kalo balikin bukunya besok didenda nggak? Kan dari hari Jum'at, itungannya hari ini seharusnya udah dibalikin." (udah pinjem buku duluan dia)
Si Ibu: "Oh kalo pinjemnya hari Jum'at, hari Sabtu sama Minggu nggak usah dihitung. Jadi bukunya bisa dikembalikan hari Rabu. Makanya enak kalo pinjem buku hari Jum'at bisa lebih lama.." jawab si ibu dengan ramahnya.
Nah.. ketahuan deh kan..
Sebenernya perpus mau nggak mau juga sih minjemin lebih lama. Soalnya hari Sabtu sama Minggu kan libur kampusnya, otomatis perpus tutup hehehe.. lumayan..
Intinya sih, "Kalo mau pinjem buku hari Jum'at aja."
Itu juga kalo nggak kepepet kayak hari ini.
Sebenernya nggak masalah sih hari apa aja. Soalnya si ibu bilang peminjamannya bisa diperpanjang.. haha udah kayak STNK aja pake diperpanjang.

***

Sepulang dari kampus, saya dengan beberapa teman menuju tempat gypsum untuk ambil tugas kami yang sebelumnya tak kunjung usai. Tapi akhirnya hari ini selesai, karena dibawa ke tempat nge-gypsum yang asli dan ditangani oleh yang lebih ahli. Walaupun harus kembali mengeluarkan biaya. Ah yang penting kelar.. alhamdulillah udah nggak galau lagi deh :)
Ternyata butuh perjuangan untuk bawa pulang hasil gypsum kami. Bukan main. Berat cyiiinn...
liat nih..

bagian negatif
bagian positif

Nggak tau deh nih beratnya berapa kilogram. Yang jelas berat bangaatt...
Apalagi punya temen saya (AA, inisial pelaku) lebih besar ukurannya, dan sudah dipastikan lebih berat men. Kejam. Kita bawa ini dari daerah soekarno-hatta ke sanaan lagi. Saya lupa nama daerahnya. Pokonya dari gedung kampus kami yang lama masih ke sana lagi deh. Sebenernya masalahnya bukan di situ sih. Yang bikin nyeri hati dan tangan ini adalah harus bawa benda terkutuk ini (saking beratnya) dari gapura kws. pendidikan telkom sampai ke asrama. Letak kamar saya di lantai empat (Elah lantai empat doang). Weitss.. tanpa lift. Demam saya. Buat elo elo semua yang bukan anak jurusan seni dan bukan anak asrama yang nggak punya kendaraan, nggak akan tau betapa ya.. betapa sakitnya tangan dan kaki ini. Dan lapar.

Tapi seberat-beratnya ini benda, mungkin nggak lebih berat dari dosa-dosa kita. Ya nggak? heiii..
Capek ya pasti, tapi berkesan sekali. Apalagi si AA, besok pagi jadi Hercules dia hehehe..
Jadi anak seni itu seru kok, walau tugas-tugasnya sedikit biadab. Enjoy it lah! :)

Wassalam.
Selamat begadang, dan selamat mengerjakan jurnal untuk teman-teman yang belum mengerjakan (saya juga).
Mmuuahh :*